NEWS UPDATE :  
SD ISLAM TERPADU WILDAN MAMUJU

Berita

Pembelajar Sangat Lambat Akibat Kerusakan Psikis (Nonmedis)



Orangtua pasti tidak menghendaki anaknya berada padal tipe pembelajar sangat lambat. Saya mendapat cerita ini langsung dari orangtua sang anak. Anggaplah namanya Putri, kini Putri sedang persiapan masuk SMP. Saat masih duduk di TK, Putri dituntut sudah harus mahir membaca, menulis dan berhitung (Calistung) demi memu-dahkan orangtuanya mencarikan sekolah ketika SD nanti. Alhasil, Putri sebelum lulus dari TK sudah mahir membaca, menulis, dan berhitung. Tentu saja, sang Ibunda bangga atas pencapaian ini. Bagaimana cara Bunda mengajarkan Putri membaca dan menulis?

Begini kisahnya: "Setiap hari, setiap malam, setiap jam 19.00 WIB, Putri diminta duduk manis di meja belajarnya. Dibimbing ibunya, Putri fokus belajar membaca, menulis dan berhitung. Cara Putri belajar seperti cerita ibunya berupa latihan menulis, hu-ruf di buku setelah ibunya memberikan contoh huruf. Putri juga belajar mengeja huruf-huruf pada buku latihan membaca. Atas bimbingan ibunya, Putri rutin mengikuti exercise ini setiap hari, setiap malam, setiap jam 19.00 WIB. Rupanya setelah sekian lama mengikuti exercise, setiap menjelang jam 19.00, Putri telah lebih awal kabur bermain di rumah teman tetangga sebelah rumah dan Putri akan kembali setelah pukul 20.00 WIB. Ibunya selalu men-carinya. Putri seakan menghindar berada di rumahnya menjelang pukul itu dan akan kembali menjelang pukul 20.00 WIB. Sekian lama menjalani aktivitas exercise itu, rupanya sang ibu memperha-tikan anaknya selalu keringat dan gemetar ketika jam menjelang pukul 19.00. Tetapi demi mencapai target bisa membaca, menulis, dan berhitung, selepas TK, sang ibu terus memaksa anaknya agar tetap mau belajar."

Mengapa Putri, setiap jelang pukul 19.00 kabur dari belajar? Otak reptil Putri telah mengambil kebijakan kabur karena ketidak-nyamanan, ketidaksukaan, dan rasa tertekan. Situasi ketidaksuka-an yang terjadi secara terus-menerus menyebabkan stres ringan pada anak. Jika terus berlanjut, bukan tidak mungkin menyebab-kan stres berat, dan jika terus berlangsung dapat menyebabkan brain down shifting.

Brain down Shifting adalah kondisi menurunnya kinerja otak. akibat tekanan (stress) yang tinggi. Anak/siswa yang terus-menerus hidup dengan situasi tekanan/stres dapat mengembangkan otak reptil dan bereaksi dengan cara konfrontatif yang mencerminkan reaksi kabur saat hendak belajar atau melawan. 

Seiring di atas, beberapa ciri yang umum brain down shif ting adalah: menurunnya prestasi belajar, menurunnya atau ti-dak semangat belajar, menghindari sekolah dengan alasan sakit atau alasan yang dibuat-buat tapi anak tampak baik-baik saja, di sekolah anak terlihat lesu di saat kegiatan belajar-mengajar, tapi bersemangat ketika istirahat dan bermain, dan pembangkangan terhadap orangtua (ini sebagai pelampiasan rasa frustrasi anak).

Banyak Penyebab brain down shifting, di antaranya kekerasan pada anak/siswa selama proses belajar, pemaksaan belajar pada anak di mana anak mengalami kelelahan/sakit atau lapar, dan bel-ajar baca tulis di usia dini atau usia belum genap 6 tahun." Beban kognitif yang berlebihan yang diterima otak anak ketika belajar mampu memberikan efek brain down shifting.

Anak yang menerima beban kognitif lebih besar daripada ke-mampuan kognitifnya, rentan mengalami stres ringan, yang ditunjukkan melalui pemberontakan, perlawanan, atau ka-bur. Batang otak (otak reptil) telah menjadi pengendali utama anak melakukan perlawanan.

Anak yang menerima beban kognitif sama besar dengan ke-mampuan kognitifnya, anak mampu memberikan umpan balik dan respons yang baik. Hanya mungkin ditunjukkan de-ngan rontoknya rambut anak lebih banyak dari biasanya.

Anak yang menerima beban kognitif lebih kecil dari kemam-puan kognitifnya, anak dengan santai mengatakan "ah.. gam-pang" atau "ah soalnya cemen." Atau, mereka berkata, "asyik ya soalnya mudah." Bisanya, mereka meminta tantangan soal yang lebih dari sebelumnya.

RAHASIA:

Sejak usia kanak-kanak, perkuat batang otak (otak reptil) dan sistem limbik anak melalui edukasi yang menyenangkan. Sehingga pada usia dewasa anak mengalami KEMATANGAN pada otak berpikir (Pre Frontal Cortex).

Sumber: Buku Revolusi Mengajar Berbasis Neurosains