NEWS UPDATE :  
SD ISLAM TERPADU WILDAN MAMUJU

Berita

Membantu Anak Mengerjakan Tugas Selama BDR

Selama pelaksanaan kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) beberapa bulan terakhir, proses pembelajaran yang dahulunya dilaksanakan disekolah kini harus berpindah tempat kerumah dengan pendampingan yang lebih banyak dilakukan oleh orang tua dirumah. Tentu hal ini menjadi tantangan tersendiri mengingat selama ini orang tua telah terbiasa menyerahkan sebagian besar tanggung jawab belajar anak kepada Sekolah. Begitu juga dengan para guru yang harus menyesuaikan diri dan pembelajarannya dengan kondisi baru ini, selain tujuan Pendidikan yang dinilai sangat sulit untuk tercapai pada kondisi tersebut.

Adanya program belajar dari rumah tersebut mau tidak mau harus diterima dan dijalankan sebagai upaya memutus rantai penyebaran covid-19 ini, mengingat angka penyebaran Covid-19 masih cukup tinggi di beberapa wilayah di Indonesia terutama dikawasan perkotaan.

Bagaimana peranan orang tua dengan tugas-tugas belajaran anak didik?  Sebagai Orangtua, baiknya membantu anak mengerjakan pekerjaan tugas-tugas belajarnya dirumah.

Namun jangan salah, membantu tidak sama dengan mengerjakan. Jadi biarkan si kecil yang mengerjakan tugasnya sementara ayah ibu memberikan dukungan agar si buah hati dapat menyelesaikan tugas belajar tersebut.

Anindita Budhi R, SPsi, konselor Yayasan Pendidikan Pupuk Kaltim, Bontang menjelaskan bila orangtua yang mengerjakan PR anak, ada beberapa efek negatifnya.

1.     Kurangnya penguasaan anak terhadap keterampilan tertentu khususnya keterampilan dasar.

Contohnya, pelajaran prakarya/keterampilan tangan, anak pasti dihadapkan pada penggunaan alat-alat tertentu, semisal gunting. Pemakaian gunting sebetulnya melatih motorik halus anak dalam memotong sesuatu. Kadang ada orangtua yang khawatir dan takut anaknya terluka jika menggunakan gunting, sehingga orangtua mengambil alih pekerjaan anak dan mengguntingkan sesuatu untuk anaknya. Padahal, memakai gunting dan melakukan berbagai pola menggunting (gunting menurut garis lurus, gunting mengikuti garis lengkung dan sebagainya) adalah keterampilan dasar yang harus dikuasai setiap anak. Jika setiap tugas yang menggunakan gunting dikerjakan orantua, lama kelamaan anak akan terbiasa untuk langsung memberikan ke orangtua, sehingga ia pun tak bisa menggunting dengan baik.

2.     Anak merasa kurang yakin dengan kemampuannya sendiri.

Jika semua hal dikerjakan orangtuanya, muncul perasaan ia tak dipercaya atau perasaan tidak mampu. Apalagi ketika salah sedikit, ia langsung dikritik secara berlebih, tetapi orangtua tidak menunjukkan bagian mana yang salah atau perlu diperbaiki. Jika terjadi demikian, anak perlu dibantu dengan penjelasan prosesnya, sekali lagi bukan dengan memberi tahu jawabnya.

3.     Anak mudah menyerah pada tantangan.

Tugas belajar sejatinya merupakan bentuk permasalahan yang juga berupa tantangan bagi anak. Anak diberikan latihan bagaimana ia belajar menyelesaikan masalah. Jika orangtua mengerjakan tugas anak, akan terbentuk "solusi" semu pada masalah yang dihadapi anak. "Kalau tidak bisa menyelesaikan tugas, ya serahkan saja pada Papa, semua beres" demikian pemikiran anak. Harusnya orangtua mendorong anak untuk menjawab tantangan, rasa ingin tahu, dan memuaskan rasa penasarannya. Jadi, anak terbiasa dan terdorong untuk selalu mencari jawaban atas setiap masalah yang ia hadapi.

4.     Anak kurang bertanggung jawab pada tugasnya.

Ketika orangtua mengerjakan PR anak, anak cenderung menganggap PR itu bukan suatu hal yang menjadi tanggung jawabnya. Di sinilah seharusnya orangtua menekankan bahwa PR adalah bagian dari tugas anak sebagai pelajar. Jadi, sesulit apa pun PR yang ada, anak harus mengerjakannya. Guru pun sejatinya menjadi tempat bertanya bila ada yang tidak dipahami.

Jadi sebenarnya sah-sah saja membantu mengerjakan tugas anak, tapi bentuknya kolaborasi, bukan mengambil alih sepenuhnya. Anda bisa coba lakukan langkah-langkah ini secara bertahap:

Langkah 1: Kepercayaan 

Anda perlu lebih percaya pada kemampuan anak untuk berkembang dan berproses, dan meyakini bahwa proses memang lebih berharga daripada sekadar melihat hasil. 

Langkah 2: Waktunya berkolaborasi 

Anda bisa mengerjakan tugas bersama atau berbagi bagian. Beri anak bagian yang memang dapat dilakukannya. Diskusikan ide-ide atau konsep pengerjaan tugas, kemudian eksekusikan berdua. Pada tugas berikutnya, Anda bisa mulai memberikan peran lebih pada anak, dan biarkan ia mengerjakannya tanpa bantuan Anda. Boleh saja sesekali memberi ide, tapi jangan lupa beri juga pujian atau apresiasi untuk hal-hal yang berani ia kerjakan, serta yakinkan ia bahwa tak apa-apa jika salah atau hasilnya kurang sempurna.


Langkah 3: Apresiasi 

Biasanya, tugas atau hasil karya anak akan dipresentasikan atau dipajang di kelas. Itu adalah sebuah bentuk apresiasi dari guru untuk anak. Ketika tugas tersebut dikembalikan ke rumah, boleh juga kalau mau dipajang di rumah. 


sumber 1

sumber 2